Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Tabir Kebohongan

Tali yang kau ulurkan, kini aku melepaskannya. Meninggalkan tali yang masih kau pegang. Aku tidak peduli lagi kini. Kau terlalu lama menambah luka. Setiap tahunnya. Lukaku semakin memerah. Lantas aku pergi untuk menjauhimu. Tak kuat menahan luka yang terus kusembunyikan. Tak lagi ingin meneruskan luka itu. Aku hanya ingin pergi menjauh... Bersama luka ini yang terus membakar. Menjauh darimu yang kini tak lagi peduli. Kau tak tau... Aku... Tertutup tabir kebohongan. Tawaku yang selama ini menggema, senyum yang selama ini menyungging... Hanya sebuah kebohongan. Aku tak ingin menunjukkan air mata dibaliknya. Yang aku inginkan hanya melihatmu bersama orang lain... Walau aku sendiri tak rela..

Sirius

Kau terlalu tinggi, terlalu jauh, terlalu besar. Melayang bersama seribu bintang tak bertuan. Berjajar di antara kehidupan. Aku ingin sepertimu sirius. Bersinar terang layaknya mentari. Namun terlalu jauh, terlalu bersinar. Sehingga aku, setitik debu yang mengelilingi angkasa tanpa arah, tanpa tujuan, tanpa tau dimana akhirnya, hanya menatapmu dengan segenggam asa. Aku lebih memilihmu sirius, daripada mentari. Karena mentari pergi jauh meninggalkanku sendiri. Disini, di angkasa tak bertuan bersama gemerlap bejuta bintang.

Aku Tanpamu

Dunia mengekangku tanpamu. Aku sendiri dengan bayangmu Lelah menunggu yang tak pasti Hingga aku terbangun dengan malam Aku sendiri, diam bersama kegelapan Mengejar cahaya, dengan air mata Tanpa senyuman, tanpa tawa Aku sendiri   bersama dingin Menatapi awan kelam dalam duka Yang terlihat hanya gelap Setelah kau pergi menjauh. Aku rapuh karena angin mengikisku Lantas aku hanya pergi mencari cahaya. Tanpa menemukanmu. Aku hanya tertawa dalam diam Meratapi kenanganku yang membekas. Dan aku hanya diam, menunggu waktu untuk kembali

Mereka...

Telah kutuliskan sebait puisi untuk mereka. Dulu.... Saat aku merasa benar – benar merindukan mereka. Dulu.... Mereka menuntunku meraih asa. Dalam rangkaian hidup   yang kumiliki. Pernah dahulu mereka menghilang. Tanpa sepatah katapun yang mereka ucapkan. Kini... Mereka datang serempak. Dengan segaris cakrawala yang mereka gapai. Mereka memberiku salah satunya.... Walau mereka datang agak terlambat. Pagi kemarin aku bersusah payah mencari mentari. Tapi pagi ini mentari itu datang secara tiba – tiba. Yang kubutuhkan hari ini dan esok adalah kesetiaan. Dimana kejujuran dan keikhlasan bergabung menjadi satu. Aku terisak dalam hariku dulu, akupun tersenyum dalam hariku kini.

Senja

Bersikeras aku menahan tangis, saat kenangan lalu itu kembali terkenang. disaat matahari itu akan kembali pada peraduannya. senja sore itu membiaskan kedamaian yang tak lagi kudapatkan. Membiaskan siluet hitam wajahnya yang masih bertengger di hatiku. ia menatapnya. seolah senja itu adalah miliknya seorang. yang menatapnya sendu dengan llinangan air mata. Ia tahu, bahwa senja itu bukan hanya miliknya. tapi juga milik orang lain. ia berpaling, dan pergi meninggalkan senja yang masih menatapnya. aku melihatnya pergi. Walau hanya siluet hitam yang ditelan oleh senja, air mataku merebak. tetes demi tetes aiir mataku menyembul juga. saat fatamorgana itu seolah nyata. yang terikat erat dalam kenangan.

Tiada Siapapun

Kututup mata ini, membayangkanmu Tertawa dalam nadiku Bahagia dalam anganku Tersenyum karena waktu Namun, saat kubuka kedua mata ini Tak ada siapapun di sana Hanya kabut putih Lantas aku berjalan tanpa arah Mencarimu yang hilang tiba – tiba Aku memang menemukanmu Namun kelam yang terlihat Lama waktu berjalan, aku tetap di sini Bersama awan tanpa ujung Tetap tinggal bersama ilusi Bersama waktu yang kian terkikis Hening, dan air mata