Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

Sepi

Dikala senggang memenuhi waktuku, yang teringat hanyalah angan yang tersimpan erat di alam qalbu. Dengan serpihan memory tentang awal kerinduan yang amat mendalam. cintaku kini tak lagi terdengar. kasih sayangku tak mungkin lagi kudapatkan. kau pergi, meninggalkanku sendiri. di tepian awan kedukaan. meninggalkan hari-hari kesepian. kutahu, engkau menghilang demi kebaikanmu. walaupun aku sedikit kecewa. tapi apa yang harus kuperbuat? aku hanya bisa disini, menunggumu dengan kepiluan alam. kesunyian waktu dan nestapa, dalam elegi yang terdengar.

Hujan

Senja mulai menghilang...... Langit malam, menjadi hitam pekat. dan diselimuti awan kelabu. Hujan..... rintik demi rintiknya mulai berjatuhan. malam begitu dingin disertai hujan juga semilir angin. Bahkan, burung - burung dan semua hewan mencari tempat untuk berteduh. Begitupun aku..... Aku melihatnya dari jendela. Inginku menghitung tetes demi tetesnya, tapi malam begitu dingin tanpa sinar sang rembulan....

Batu Sandaran

angin meniupkan nestapa dalam kehidupan. dengan asa yang hanya tinggal kenangan. telah kupilih untuk melupakannya. karena ia telah pergi atas keinginannya. dan ia bagiku hanyalah ilusi masa lalu. karena dia telah menuliskan cinta dengan dasar kebohongan. kini aku telah sendiri, dengan kesendirian yang tak lagi menepi. pelabuhan cintaku baginya hanyalah omong kosong belaka. tapi biarlah dia berkata seperti itu. karena saat dia hilang bersama ombak yang menghanyutkannya, aku telah menemukan batu sandaran yang selalu ada untukku. walau hanya batu sandaran, tapi itu sangatlah berarti untukku.

Harapan

T ak kudapatkan sekeping cinta yang kuinginkan. yang kudapatkan hanyalah secuil harapan. harapan yang selalu mengitari waktuku. suatu yang dapat meluruhkan kabut tebal dalam hariku. kutahu, sepetakpun harapan itu tak pernah terkabulkan. dan asa itu...... menghilang dalam kegelapan malam. setelah sekian lama aku mencari, dengan hati yang tak pernah tertata lagi. tak kudapatkan seorang pangeran yang membawa bunga mawar, tapi yang kudapatkan hanyalah tanaman berduri yang semakin menambah luka. Harapan..... ya, birunya langit tak kudapatkan sebuah pelangi. putihnya awan menghilangkan kanvas berwarna. apa yang harus kulakukan, saat mendung, hujan dan petir disertai oleh kabut yang tebal?

Tabir yang terbuka.

Akankah ini sebuah ilusi? yang berbaur dengan hilangnya sebuah asa. Akankah rasa ini hanya sebuah momen? yang kurasa saat bersamanya. aku memang menunggu, walaupun api telah membakarku. aku memang berharap, dalam dunia yang penuh dengan ilusi. aku menanti..... dalam dinginnya malam dan kabut. yang berharap suatu saat nanti, mereka akan kembali. tapi sekarang hanyalah asa. asa yang kosong, tanpa apapun. saat ini, bayangan mereka telah memudar. dan menghilang dengan kabut. inginku menggapainya dalam satu sentuhan. tapi mereka benar - benar menghilang. kini..... aku melihat tabir yang terbuka. dengan seseorang yang menuntunku.

Senja itu....

hujan yang kemarin mengisakan jejak hari... kini tersapu oleh buih ombak pasir. buih itu menutup segala aroma hujan yang semerbak. ombak itu menyapu sisa air hujan yan gtak bersekas. pasir itu mengubur seluruh jejak hujan yang terbilang melebihi manis. karang yang kuatpun tak akan selamanya berdiri kokoh. hanya satu terpaan angin yang keras yang dapat memberinya nafas kehidupan. aroma pantai lepas itu menyeruak memenuhi segala penjuru, yang tiada kata unuk memungkirinya. senja yang terlihat kini bercampur dengan sebagian siluet malam yang mulai menyeruak. senja yang dulunya menatapi air laut yang tenang itu,  pasti suatu saat akan berganti dengan malam jua... aku yang melihatnya... aku yang menatapinya... aku yang memandanginya... tersenyum lebar atas keindahan itu. keindahan yang mungkin tak akan lagi akan ku alami. walaupun siapa yang tau hidup akan berakhir. namun mengapa aku merasa tiada lagi senja itu esok? entahlah...... naungan senja yang berubah berganti de

Fatamorgana

angin menghembuskan dedaunan kering perlahan... yang membawaku kembali diam tak berkutik. aku yang berdiri di tengah hamparan luka ini.... menunggu daun tahun lalu untuk datang kembali. walaupun masih tergores luka dalam yang mungkin sulit untuk sembuh... tapi pasti suatu hari nanti akan ada lagi kebahagiaan. aku yang hari ini menunggu semanggi itu, malah yang kudapatkan hanya sebatas ilusi. aku yang hari ini menunggu uluran tangannya... malah yang kudapatkan hanyalah siluet yang tak nyata. kapan fatamorgana ini akan berakhir? yang selama ini mencabikku sedikit demi sedikit. yang menyeretku menuju lembah kesakitan yang membawakanku hujan yang tak henti-hentinnya dengan semburat petir. yang menyapuku melalui topan keputusasaan. aku berharap esok akan menjadi hari hari yang lebih baik, walalupun semuanya itu masih terukir dengan jelas dalam pelupuk mata.

Sahabat SDN Tempurejo 2

Gambar

Kenangan....

aku yang menunggu di bawah naungan senja ini..... yang berharap suatu hari nanti senja itu berubah menjadi mentari yang baru.... tapi yang kudapat hanya pekatnya malam yang makin menghitam. kuakui aku menanti bintang dalam bayang - bayang bulan itu... namun yang ku jumpai hanya hitamnya waktu yang selalu bersanding untukku. aku menunggunya dalam durasi waktu yang amat pekat,  yang  kulukiskan dalam kenangan waktu.... yang ku sketsakan dalam kertas putih itu... tapi apa yang kudapat???? hanya jurang yang menungguku untuk datang menemaninya. hanya siluet kenangan yang mencabikku dalam asa yang tak mungkin terwujud ini. aku memang berharap... suatu saat nanti akan ada mentari dalam hidupku yang baru.... aku memang berharap.... suatu saat nanti akan ada eufora yang menyelimutiku.... bukan lagi nestapa yang diiringi dengan lantunan elegi kenangan.....

Ratapan Duka

sebersit cahaya menghiasi senja malam. menghilang sedikit demi sedikit cahaya mentari. mencapai malam tanpa terhias bulan. semerbak kau mencium aroma pantai lepas, yang sedang berdiri di atas bebatuan karang. di atas pasir yang telah tersapu ombak, kutuliskan namanya dan namaku. entah apa yang membuatku mengingat sebuah memory, tanpa sadar,air mataku menetes, juga ikutnya namanya dan namaku yang t ersapu ombak. walau ingin ku gapai dirinya, dengan sebuah kesadaran. Oh Tuhan......... tak bisakah kau mengirimkan ratapan dukaku padanya. aku membutuhkannya,diantara seribu kerinduan dan kebahagiaan. inginku,dia datang membawa sebuah kasih sayang. walau kasih sayang yang dulu pernah ia bawa kepadaku, hanya sebuah perasaan mengagumi. walau bintang tak lagi ada, walau bulan tak lagi bersinar, dan ombak tak lagi saling berkejar-kejaran. aku akan tetap disini, menunggunya datang kembali. dengan sebuah epilog yang ikut hadir dalam kebahagiaan.
akankah langkahku terhenti, saat kutapaki kembali rel kenangan yang menyeruak tiba-tiba dalam sendiri.